Dalam
Diam Ada Hati Yang Terluka
Siang ini, langit
yang begitu biru dengan matahari yang begitu bersinar, ditengah lapangan kau
menghapus keringat yang ada diwajahmu, berlarian mengiring bola ke tempat
lawan, dari luar arena mereka memanggil namamu, bersorak menyemangati timmu
“Seannn” namamu pun tak pernah berhenti dipanggil. Pertandingan selesai dengan
akhir yang setimpal dengan latihanmu selama ini. Aku hanya melihatmu dari balik
semua wanita yang berada didekatmu, mereka berdesak-desakan ingin berada
disampingmu, jangankan untuk mengajakmu bicara untuk menyapamu pun itu sangat
sulit.
Kau tersenyum kepada
setiap wanita yang kau temui, kau ramah pada setiap mereka yang mendekatkan
diri padamu, namun taukah kamu? Senyuman kamu yang selalu kamu berikan pada
mereka tak pernah sampai didepanku, aku tak pernah bisa melihat senyum yang
hanya untukku, semua senyuman hanyalah sama.
Tak pernah sehari pun
wanita-wanita itu tak mendekatimu, tak pernah sehari pun ada celah untuk kita
bisa mengobrol berdua, sesulit itukah untuk bisa berada disampingmu? Tanpa ada
mereka yang akan mengganggu kita?
Setiap hari kau hanya
akan sendiri ketika kau sedang di perpustakaan, kau menyukai buku? Kurasa
tidak, kau hanya perlu tempat untuk sendiri. Alis tebal, lesung pipi dan rambut
cepak dengan atasnya yang tebal yang akan jatuh ketika kau nunduk dan kau
rapikan lagi rambutmu, itu sungguh membuatku jatuh hati. Aku ingin sekali
mendekatimu disampingmu ketika aku yang selalu melihatmu diperpustakaan, namun
aku takut mengganggum waktu privasimu.
Aku tak sama dengan
mereka yang selalu mementingkan keinginan mereka tanpa perduli kesibukanmu
ataupun privasimu yang tak ingin dibicarakan, aku hanya akan terus menunggu
sampai aku bisa berbicara berdua denganmu tanpa ada wanita-wanita yang akan
selalu ada disampingmu hanya untuk menanyakan sesuatu yang tak penting,
membicarakan sesuatu yang tak jelas hanya untuk menarik perhatianmu. Dan kau juga
salah, yang merespon mereka dengan senyuman yang menganggap mereka sudah
berhasil mendekatimu.
Kita sekelas, namun untuk
diberi waktu sedikit agar bisa bicara berdua saja tak pernah bisa, akan selalu
ada mereka yang mengganggu kita dan membuatku terasing kan. Kau suka ke
perpustakaan hanya untuk menyendiri, tanpa ada yang tau. Lalu hari ini aku
memberanikan diri untuk bisa menyapamu, untuk bisa berbicara berdua denganmu,
namun respon yang kau kasih tak ada bedanya saat kau berada disekurumunan para wanita
itu. Apa aku ini sama seperti mereka dimatamu?
Minggu-minggu setelah
hari itu kita mulai sering bertemu dan berbincang berdua, “hanya” berdua. Kau
tau aku sungguh bahagia bisa terus seperti ini walau kita hanya bertemu
diperpustakaan. Kita membicarakan banyak hal, dari pelajaran hingga olahraga
basket yang kamu tekuni, kamu bercerita panjang tentang bagaimana latihan kamu
kemarin, dan banyak hal lainnya bahkan tentang isi hati kita berdua. Mungkin,
ini berlebihan. Tentu saja kau pikir ini sangat berlebihan karena kamu tak ada
dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku ketika aku ingin berbicara
berdua denganmu mereka selalu datang menghalangiku.
Aku mencintaimu.
Sungguh. Mengetahui hari ini kau tak lagi sendiri ketika berada diperpustakaan,
aku masih menggubris pada hatiku kau tak akan seperti itu padaku. Aku mendekati
mejamu lalu kau bilang “ini dia yang selalu aku ceritakan padamu” Deg… Kau tau?
Kau yang tak memilihku adalah hal paling sulit yang bisa ku mengerti. Aku masih
belum mengerti. Jika kau ingin tahu, aku kesesakan dalam status yang
menyedihkan ini. Aku terkatung-katung sendirian. Meminum asam dan garam,
membiarkan kamu meneguk hal-hal manis. Begitu dekatnya kita, mengapa matamu
masih belum terbuka dan hatimu masih tertutup ragu?
Sejak dulu, harusnya
tak perlu kuperhatikan kamu sedetail itu. Sejak pertama bertemu, harusnya tak
perlu menyukaimu. Sejak kita mulai bisa berbicara berdua harusnya tak kuterima
kontakmu dan kamu hubungi aku dengan begitu lugu. Sejak tahu kehadiranmu,
harusnya aku tak menggubris. Aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa
keingintahuanku. Jika dari awal aku tak mengenalmu, mungkin aku tak akan tahu
rasanya meluruhkan air mata di pipi.
Dibalik semuanya, aku
hanya seorang wanita yang mengagumimu dalam hatinya, hanya seorang wanita yang
jatuh hati dalam diam tanpa bisa mengungkapkan.
maybe I will always smile every time you wake up, if we can live together
BalasHapus