Keputusan yang salah?
Kau bahkan tak mengerti apa yang sedang kau katakan, kata
yang membuatku terjatuh, kata yang membuat aku lupa kalau sakit akan terasa
saat kita akhiri segalanya, kau yang tak lagi menggenggam tanganku tanpaku
sadari kau mulai jauh tapi hatiku tetap bersinar ketika didekatmu, kita masih
berjalan kedepan tapi kau memutuskan untuk memilih arah yang berbeda denganku,
pilihan yang kau ambil adalah keputusan yang kau buat. Kau masih menggenggam
hatiku tanpa lagi ada disampingku, kau datang lagi dan mengatakan kau mulai
membuka hati pada orang lain.
Dengan segala cara aku menguatkan hati dan menahanmu untuk
tidak pergi, dengan tangan kecil ini aku menggenggam tanganmu tapi kau tetap
bersikeras melepasku. Ditepi pantai kita berdiri dan kau tepat didepanku
melihat kearah yang berbeda, desiran air ombak yang deras membuat suaraku tak
mampu terdengar ketika aku memanggil namamu. Kau masih tetap melihat kearah
yang berbeda tanpa sedikitpun berniat berbalik melihat kearahku.
Sungguhkah itu keputusanmu? Tidakkah kau berniat untuk
berbalik dan melihat kearahku lagi? Berjuang bersama tanpa ada orang ketiga?
Apa yang kau lihat darinya sungguhkah dia lebih baik dari apa yang telah aku
perjuangkan selama ini? Kau tau apa tentang memperjuangkan? Yang kau tau hanya membuatku
jatuh hati, jatuh yang terlalu dalam hingga membuatku lupa bahwa akhir itu pasti
akan datang.
Aku takut mungkin aku akan bisa melepaskan genggaman itu,
aku takut akan memulai dengan orang yang baru, dengan orang yang belum tentu
bisa memahamiku. Kau memahamiku memahami jalan pikiranku, tapi kau tak memahami
isi hatiku, sungguh, bukankah ini tak adil bagiku?
Dunia ini tak seindah yang ku kira, langit tak secerah yang
terlihat, kau terlalu sempurna untukku gapai untuk aku miliki seutuhnya. Bisakah
aku berhenti untuk tak melihat kearahmu? Bisakah aku mulai melangkah pergi agar
aku tak lagi merasakan sakit? Tidakkah kau sadar kau memperjuangkan dia yang
tak membuahkan hasil? Dia yang kau kejar bahkan tak sedikit pun melirik
kearahmu, tapi kau masih gigih melihat dia yang kau tau dia takkan pernah sedikit
pun memilihmu, karna kau tak bisa bersaing dengan kekasihnya yang jauh lebih
sempurna dibandingkan denganmu pria yang terlalu sempurna dimataku.
Banyak cerita yang telah kita lalui walau dengan waktu yang
begitu singkat, kau luluhkan hati ini dengan kata-katamu, kau peluk aku dan
berkata kau tak ingin ku pergi, kau takut kehilanganku. Memang, bahagia takkan
bisa bertahan selamanya karena disetiap senyuman akan ada yang palsu meski
sulit tuk terlihat, aku percaya dengan kata-kata itu setelah kau memutuskan
untuk tak lagi disampingku dan memilih dia yang jauh lebih sempurna dimatamu untuk
berada disampingmu.
Kau tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan, sesulit
itukah untuk membuatmu tetap disampingku? Segitu buruknya kah aku sehingga kau
memilih dia yang lebih sempurna meski kau tau akhirnya kau takkan bisa
mendapatkannya?
Mas, kamu tau siapa yang tak menginginkanmu pergi, kamu tau
seberapa dalam perasaan yang aku miliki, kamu juga tau siapa yang paling
mencintaimu. Lalu, jika kau tau perasaanku lebih besar dari pada ketertarikanmu
padanya, mengapa harus aku yang mengalah dalam hubungan kita? Jika kau mengerti
perjuanganku jauh lebih besar dari pada perjuanganmu untuk mendapatkan hatinya,
mengapa harus aku yang merasakan sakit karenamu?
Bisakah kau membayangkan rasanya jadi aku? Yang harus
mengalah, yang harus terus menyembunyikan air mata, yang harus bersedia menahan
sakit dibalik senyumanmu, yang harus menutup mulutnya agar tidak mengeluh, dan
segala rasa sakit yang aku rasakan hanya demi memperjuangkan dan
mempertahankanmu? Terlalu banyak ketidakadilan yang kurasakan. Aku sangat
mencintaimu, sungguh, dan mengetahui hatimu tak lagi utuh adalah patah hati
terbesar yang sulit dijelaskan kata-kata.
Terlalu banyak yang kupendam bahkan sampai tak bisa lagi
untuk diungkapkan, semua terasa seperti beban yang terus menusuk sampai tak
bisa bernafas, pergi? Sungguh aku ingin pergi, tapi ketika aku ingin pergi
terus saja hati ini seakan berkata “tetaplah
bertahan, semua akan berubah, dia akan kembali padamu lagi seperti sedia kala”
hubungan tanpa rasa dari kedua pihak, aku ingin mengakhiri ini tanpa ada kata menyesal,
tapi bisakah aku pergi jika hati masih terus berkata jangan?
Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu
memandanginnya bahkan ketika aku masih tetap melihatmu dari balik punggungmu,
aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir
seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti
pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi
hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun…. sampai kapan aku harus
terus mencoba sementara hati ini terus membantah pikiranku?
Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku
menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Bisakah kau bayangkan rasanya
jadi orang yang setiap melihat dia yang tersayang melihat yang lain, hanya
karena dia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kau bayangkan
rasanya jadi aku yang setiap hari terus berharap sakit ini akan berakhir? Tak
masalah akhirnya aku yang harus benar-benar pergi, tak masalah bagiku…
Beri aku kesempatan untuk berpindah, jika kamu tidak mengharapkan
aku dalam hidupmu. Jangan meminta aku datang lagi, jika pada akhirnya justru
kamu akan meninggalkanku dengan alasan yang sama.
I will always remember you and let you continue to grow for the rest of my life
BalasHapus