31 Agustus 2016

Keputusan yang salah?

Kau bahkan tak mengerti apa yang sedang kau katakan, kata yang membuatku terjatuh, kata yang membuat aku lupa kalau sakit akan terasa saat kita akhiri segalanya, kau yang tak lagi menggenggam tanganku tanpaku sadari kau mulai jauh tapi hatiku tetap bersinar ketika didekatmu, kita masih berjalan kedepan tapi kau memutuskan untuk memilih arah yang berbeda denganku, pilihan yang kau ambil adalah keputusan yang kau buat. Kau masih menggenggam hatiku tanpa lagi ada disampingku, kau datang lagi dan mengatakan kau mulai membuka hati pada orang lain.

Dengan segala cara aku menguatkan hati dan menahanmu untuk tidak pergi, dengan tangan kecil ini aku menggenggam tanganmu tapi kau tetap bersikeras melepasku. Ditepi pantai kita berdiri dan kau tepat didepanku melihat kearah yang berbeda, desiran air ombak yang deras membuat suaraku tak mampu terdengar ketika aku memanggil namamu. Kau masih tetap melihat kearah yang berbeda tanpa sedikitpun berniat berbalik melihat kearahku.

Sungguhkah itu keputusanmu? Tidakkah kau berniat untuk berbalik dan melihat kearahku lagi? Berjuang bersama tanpa ada orang ketiga? Apa yang kau lihat darinya sungguhkah dia lebih baik dari apa yang telah aku perjuangkan selama ini? Kau tau apa tentang memperjuangkan? Yang kau tau hanya membuatku jatuh hati, jatuh yang terlalu dalam hingga membuatku lupa bahwa akhir itu pasti akan datang.

Aku takut mungkin aku akan bisa melepaskan genggaman itu, aku takut akan memulai dengan orang yang baru, dengan orang yang belum tentu bisa memahamiku. Kau memahamiku memahami jalan pikiranku, tapi kau tak memahami isi hatiku, sungguh, bukankah ini tak adil bagiku?

Dunia ini tak seindah yang ku kira, langit tak secerah yang terlihat, kau terlalu sempurna untukku gapai untuk aku miliki seutuhnya. Bisakah aku berhenti untuk tak melihat kearahmu? Bisakah aku mulai melangkah pergi agar aku tak lagi merasakan sakit? Tidakkah kau sadar kau memperjuangkan dia yang tak membuahkan hasil? Dia yang kau kejar bahkan tak sedikit pun melirik kearahmu, tapi kau masih gigih melihat dia yang kau tau dia takkan pernah sedikit pun memilihmu, karna kau tak bisa bersaing dengan kekasihnya yang jauh lebih sempurna dibandingkan denganmu pria yang terlalu sempurna dimataku.

Banyak cerita yang telah kita lalui walau dengan waktu yang begitu singkat, kau luluhkan hati ini dengan kata-katamu, kau peluk aku dan berkata kau tak ingin ku pergi, kau takut kehilanganku. Memang, bahagia takkan bisa bertahan selamanya karena disetiap senyuman akan ada yang palsu meski sulit tuk terlihat, aku percaya dengan kata-kata itu setelah kau memutuskan untuk tak lagi disampingku dan memilih dia yang jauh lebih sempurna dimatamu untuk berada disampingmu.

Kau tak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan, sesulit itukah untuk membuatmu tetap disampingku? Segitu buruknya kah aku sehingga kau memilih dia yang lebih sempurna meski kau tau akhirnya kau takkan bisa mendapatkannya?

Mas, kamu tau siapa yang tak menginginkanmu pergi, kamu tau seberapa dalam perasaan yang aku miliki, kamu juga tau siapa yang paling mencintaimu. Lalu, jika kau tau perasaanku lebih besar dari pada ketertarikanmu padanya, mengapa harus aku yang mengalah dalam hubungan kita? Jika kau mengerti perjuanganku jauh lebih besar dari pada perjuanganmu untuk mendapatkan hatinya, mengapa harus aku yang merasakan sakit karenamu?

Bisakah kau membayangkan rasanya jadi aku? Yang harus mengalah, yang harus terus menyembunyikan air mata, yang harus bersedia menahan sakit dibalik senyumanmu, yang harus menutup mulutnya agar tidak mengeluh, dan segala rasa sakit yang aku rasakan hanya demi memperjuangkan dan mempertahankanmu? Terlalu banyak ketidakadilan yang kurasakan. Aku sangat mencintaimu, sungguh, dan mengetahui hatimu tak lagi utuh adalah patah hati terbesar yang sulit dijelaskan kata-kata.

Terlalu banyak yang kupendam bahkan sampai tak bisa lagi untuk diungkapkan, semua terasa seperti beban yang terus menusuk sampai tak bisa bernafas, pergi? Sungguh aku ingin pergi, tapi ketika aku ingin pergi terus saja hati ini seakan berkata “tetaplah bertahan, semua akan berubah, dia akan kembali padamu lagi seperti sedia kala” hubungan tanpa rasa dari kedua pihak, aku ingin mengakhiri ini tanpa ada kata menyesal, tapi bisakah aku pergi jika hati masih terus berkata jangan?

Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu memandanginnya bahkan ketika aku masih tetap melihatmu dari balik punggungmu, aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun…. sampai kapan aku harus terus mencoba sementara hati ini terus membantah pikiranku?

Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap melihat dia yang tersayang melihat yang lain, hanya karena dia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari terus berharap sakit ini akan berakhir? Tak masalah akhirnya aku yang harus benar-benar pergi, tak masalah bagiku…


Beri aku kesempatan untuk berpindah, jika kamu tidak mengharapkan aku dalam hidupmu. Jangan meminta aku datang lagi, jika pada akhirnya justru kamu akan meninggalkanku dengan alasan yang sama.